SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA, SEMOGA BERMANFAAT

Minggu, 26 Juli 2015

Biografi KH A Wahid Hasyim

Kiai Haji Abdul Wahid Hasyim (lahir di Jombang, Jawa Timur, 1 Juni 1914 – meninggal di Cimahi, Jawa Barat, 19 April 1953 pada umur 38 tahun) adalah pahlawan nasional Indonesia dan menteri negara dalam kabinet pertama Indonesia. Ia adalah ayah dari presiden keempat Indonesia, Abdurrahman Wahid dan anak dari Hasyim Asy’arie, salah satu pahlawan nasional Indonesia. Wahid Hasjim dimakamkan di Tebuireng, Jombang.

Pada tahun 1939, NU menjadi anggota MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia), sebuah badan federasi partai dan ormas Islam di zaman pendudukan Belanda. Saat pendudukan Jepang yaitu tepatnya pada
tanggal 24 Oktober 1943 beliau ditunjuk menjadi Ketua Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) menggantikan MIAI. Selaku pemimpin Masyumi beliau merintis pembentukan Barisan Hizbullah yang
membantu perjuangan umat Islam mewujudkan kemerdekaan. Selain terlibat dalam gerakan politik, tahun 1944 beliau mendirikan Sekolah Tinggi Islam
di Jakarta yang pengasuhannya ditangani oleh KH. A. Kahar Muzakkir. Menjelang kemerdekaan tahun 1945 ia menjadi anggota BPUPKI dan PPKI.
Wahid Hasyim meninggal dunia dalam sebuah kecelakaan mobil di Kota Cimahi tanggal 19 April 1953.

K. H. A. Wahid Hasyim dengan segudang pemikiran tentang agama, negara, pendidikan, politik, kemasyarakatan, NU, dan pesantren, telah menjadi lapisan sejarah ke-Islaman dan ke-Indonesiaan
yang tidak dapat tergantikan oleh siapapun. Untuk memperingati satu abad kelahiran K. H. A. Wahid Hasyim, diadakan serangkaian acara di beberapa kota di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi. Rangkaian acara dimulai dengan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) mengenai Wahid Hasyim yang diikuti 260 makalah dari kategori santri/pelajar dan mahasiswa/umum dan akan diakhiri dengan
seminar nasional mengenai pemikiran politik Wahid
Hasyim pada 25 Juni 2011.
Acara yang digagas oleh Keluarga Besar K. H. A.
Wahid Hasyim ini dilakukan sebagai bentuk
penghormatan dan mengangkat pemikiran –
pemikiran K. H. A. Wahid Hasyim tentang
pembaharuan Islam Indonesia.
“Sebagaimana pahlawan bangsa lainnya, kita harus
menghormati dan mengangkat nilai perjuangannya.
Demikian juga untuk Kiai Wahid, karena ada nilai
kejuangan dan peran menonjol dari dirinya untuk
kemerdekaan, sebagai tokoh brilian yang progresif
bahkan memberi nilai baru pada Departemen
Agama.” Ungkap Ketua Umum Panitia Pelaksana
Satu Abad K. H. A. Wahid Hasyim, Aisyah Hamid
Baidlowi.
Abdul Wahid Hasyim adalah salah satu putra bangsa
yang turut mengukir sejarah negeri ini pada masa
awal kemerdekaan Republik Indonesia.Terlahir
Jumat Legi, 5 Rabi’ul Awal 1333 Hijriyah atau 1
Juni 1914, Wahid mengawali kiprah
kemasyarakatannya pada usia relatif muda. Setelah
menimba ilmu agama ke berbagai pondok pesantren
di Jawa Timur dan Mekah, pada usia 21 tahun Wahid
membuat “gebrakan” baru dalam dunia pendidikan
pada zamannya. Dengan semangat memajukan
pesantren, Wahid memadukan pola pengajaran
pesantren yang menitikberatkan pada ajaran agama
dengan pelajaran ilmu umum.Sistem klasikal
diubah menjadi sistem tutorial. Selain pelajaran
Bahasa Arab, murid juga diajari Bahasa Inggris dan
Belanda. Itulah madrasah nidzamiyah.
Pimpinan Pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng,
K. H. Ir. Salahuddin Wahid (Gus Sholah) mengenang,
“Kiai Wahid adalah seorang tokoh NU dari jenis
yang tidak banyak kita temukan, yaitu pemimpin
organisatoris, jenis “pekerja” bukan “pembicara”.
Kiai Wahid dikenal juga sebagai man of action
bukan jenis man of ideas. Ia juga tidak hanya
pandai melontarkan gagasan tetapi bisa
mewujudkannya”.
Meskipun ayahandanya, hadratush syaikh Hasyim
Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, butuh waktu
beberapa tahun bagi Wahid Hasyim untuk
menimbang berbagai hal sebelum akhirnya
memutuskan aktif di NU. Pada usia 25 tahun Wahid
bergabung dengan Majelis Islam A’la Indonesia
(MIAI), federasi organisasi massa dan partai Islam
saat itu. Setahun kemudian Wahid menjadi ketua
MIAI.
Karier politiknya terus menanjak dengan cepat.
Ketua PBNU, anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI),
hingga Menteri Agama pada tiga kabinet (Hatta,
Natsir, dan Sukiman). Banyak kontribusi penting
yang diberikan Wahid bagi agama dan bangsa.
Rumusan “Ketuhanan Yang Maha Esa” dalam
Pancasila sebagai pengganti dari Kewajiban
Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluknya tidak
terlepas dari peran seorang Wahid Hasyim. Wahid
dikenal sebagai tokoh yang moderat, substantif, dan
inklusif.
Ironisnya, sebagai tokoh besar yang lahir dari
seorang tokoh besar (hadratus syaikh Hasyim
Asy’ari) dan melahirkan tokoh besar (Abdurrahman
“Gus Dur” Wahid) dengan peran dan kontribusinya
yang sangat penting bagi NKRI, tak banyak yang
diketahui oleh generasi bangsa saat ini tentang
Wahid Hasyim. Selain karena wafat dalam usia
relatif muda, 39 tahun, juga tidak banyak karya dan
pemikiran Wahid yang terdokumentasi dan
terpublikasi dengan baik.
posted from Bloggeroid

0 komentar:

Posting Komentar

Download Roll Spike Sepak Takraw 1.4.0

Roll Spike Sepak Takraw 1.4.0 Siang gan. Kali ini saya akan membagikan game yang populer di kawasan asia tenggara. Seru game nya. Kita bi...