Sabtu, 11 Juli 2015
Home »
Kisah dan Sejarah
» Biografi mbah Arwani al kudsi
Biografi mbah Arwani al kudsi
KH. M. Arwani Amin © Selain
dikenal dengan sebutan Kota Kretek, Kudus juga
dikenal sebagai Kota Religius atau lebih
medasar lagi dikenal dengan sebutan Kota
Santri. Pasalnya, banyak di antara santri yang
menuntut ilmu di kota yang kharismatik yang
menjadi panutan masyarakat sekitar Kudus. Di
antara sekian banyak ulama di kota Kudus
banyak ulama di kota Kudus yang menjadi
tauladan bagi masyarakat adalah beliau al-
Maghfurlah KH. M. Arwani Amin.
Sekitar lebih 100 meter di sebelah selatan
Masjid Menara Kudus, tepatnya di Desa
Madureksan, Kerjasan, dulu tersebutlah
pasangan keluarga shaleh yang sangat
mencintai al-Qur’an. Pasangan keluarga ini
adalah KH. Amin Sa’id dan Hj. Wanifah. KH.
Amin Sa’id ini sangat dikenal di Kudus kulon
terutama di kalangan santri, karena beliau
memiliki sebuah toko kitab yang cukup
dikenal, yaitu toko kitab al-Amin. Dari hasil
berdagang inilah, kehidupan keluarga mereka
tercukupi.
Yang menarik adalah, meski keduanya (H.
Amin Sa’id dan istrinya) tidak hafal al-Qur’an,
namun mereka sangat gemar membaca al-
Qur’an. Kegemarannya membaca al-Qur’an
ini, hingga dalam seminggu mereka bisa
khatam satu kali. Hal yang sangat jarang
dilakukan oleh orang kebanyakan, bahkan
oleh orang yang hafal al-Qur’an sekalipun.
Kelahiran KH. M. Arwani Amin Said
KH. M. Arawani Amin Said dilahirkan pada
hari Selasa Kliwon pukul 11.00 siang tangga
l5 Rajab 1323 H bertepatan dengan 5
September 1905 M di kampung Kerjasan Kota
Kudus Jawa Tengah. Ayah beliau bernama H.
Amin Said dan ibunya bernama Hj.Wanifah.
Sebenarnya nama asli beliau adalah Arwan,
akan tetapi setelah beliau menunaikan ibadah
haji yang pertama namanya diganti menjadi
Arwani. Dan hingga wafat beliau dikenal
memiliki nama lengkap sebagai KH. M.
Arawani Amin Said dan panggilan akrabnya
adalah Mbah Arwani Kudus.
Arwan adalah anak kedua dari 12 bersaudara.
Kakaknya yang pertama seorang perempuan
bernama Muzainah. Sementara adik-adiknya
secara berurutan adalah Farkhan, Sholikhah,
H. Abdul Muqsith, Khafidz, Ahmad Da’in,
Ahmad Malikh, I’anah, Ni’mah, Muflikhak dan
Ulya. Dari kedua belas ini, ada tiga yang
paling menonjol, yaitu Arwan, Farkhan dan
Ahmad Da’in, ketiga-tiganya hafal al-Qur’an.
Dari sekian saudara KH. M. Arwani Amin,
yang dikenal sama-sama menekuni al-Qur’an
adalah Farkhan dan Ahmad Da’in. Ahmad
Da’in, adiknya Mbah Arwani ini bahkan
terkenal jenius, karena beliau sudah hafal al-
Qur’an terlebih dahulu daripada Mbah Arwan
yakni pada umur 9 tahun. Ia bahkan hafal
Hadits Bukhori Muslim dan menguasai
Bahasa Arab dan Inggris. Kecerdasan dan
kejeniusan Da’in inilah yang menggugah
Mbah Arwani dan adiknya Farkhan, terpacu
lebih tekun belajar.
Arwan kecil hidup di lingkungan yang sangat
taat beragama (religius). Kakek dari ayahnya
adalah salah satu ulama besar di Kudus,
yaitu KH. Imam Haramain. Sementara garis
nasabnya dari ibu, sampai pada pahlawan
nasional yang juga ulama besar Pangeran
Dipenegoro yang bernama kecil Raden Mas
Ontowiryo.
Kehidupan Keluarga KH. M. Arwani Amin
Ayahanda Mbah Arwani yaitu H. Amin Said
adalah seorang kiyai yang cukup disegani dan
dihormati oleh masyarakat disekitar beliau
tinggal. Meskipun ayah dan bunda beliau
tidak hafal al-Qur’an, namun tempat tinggal
beliau dikenal sebagai rumah al-Qur’an,
karena setiap pekan mereka selalu
mengkhatamkan al-Qur’an.
Istri beliau bernama Ibu Nyai Hj. Naqiyul
Khud. Beliau menikah pada tahun 1935 M
dimana pada saat itu status beliau adalah
seorang santri dari pondok pesantren al-
Munawir Krapyak Yogyakarta. Ibu Naqi adalah
putri dari H. Abdul Hamid, seorang pedagang
kitab. Tokonya sekarang masih ada,bahkan
semakin berkembang. Beliau memiliki empat
orang anak yaitu Ummi dan Zukhali Uliya
(meninggal saat masih bayi) serta KH. M. A.
Ulin Nuha Arwani dan KH. M. A. Ulil Albab
Arwani.
Masa Menuntut Ilmu KH. M. Arwani Amin
Said
KH. M. Arwani Amin dan adik-adiknya sejak
kecil hanya mengenyam pendidikan di
madrasah dan pondok pesantren. Arwani kecil
memulai pendidikannya di Madrasah
Mu’awanatul Muslimin, Kenepan, sebelah
utara Menara Kudus. Beliau masuk di
madrasah ini sewaktu berumur 7 tahun.
Madrasah ini merupakan madrasah tertua
yang ada di Kudus yang didirikan oleh
Syarikat Islam (SI) pada tahun 1912. Salah
satu pimpinan madrasah ini di awal-awal
didirikannya adalah KH. Abdullah Sajad.
Setelah sudah semakin beranjak dewasa,
akhirnya memutuskan untuk meneruskan ilmu
agama Islam ke berbagai pesantren di tanah
Jawa, seperti Solo, Jombang, Jogjakarta dan
sebagainya. Dari perjalanannya berkelana
dari satu pesantren ke pesantren itu, talah
mempertemukannya dengan banyak kiai yang
akhirnya menjadi gurunya (masyayikh).
Adapun sebagian guru yang mendidik KH. M.
Arwani Amin diantaranya adalah KH. Abdullah
Sajad (Kudus), KH. Imam Haramain (Kudus),
KH. Ridhwan Asnawi (Kudus), KH. Hasyim
Asy’ari (Jombang), KH. Muhammad Manshur
(Solo), KH. M. Munawir (Yogyakarta) dan
lain-lain.
5. Kepribadian KH. M. Arwani Amin Said
Selama berkelana mencari ilmu baik di Kudus
maupun di berbagai pondok pesantren yang
disinggahinya, KH. M. Arwani Amin dikenal
sebagai pribadi yang santun dan cerdas
karena kecerdasannya dan sopan santunnya
yang halus itulah, maka banyak kiainya yang
terpikat. Karena itulah pada saat mondok KH.
M. Arwani Amin sering dimintai oleh kiainya
membantu mengajar santri-santri lain. Lalu
memunculkan rasa sayang di hati para
kiainya.
Beliau hidup di lingkungan masyarakat santri
yang sangat ketat dalam menghayati dan
mengamalkan agama. Oleh karena itu wajar
saja jika beliau tumbuh menjadi seorang yang
memiliki perangai halus, sangat berbakti
kepada kedua orang tua, mempunyai
solidaritas yang tinggi, rasa setia kawan dan
suka mengalah tapi tegas dalam memegang
prinsip.
Beliau dikaruniai kecerdasan dan minat yang
kuat dalam menuntut ilmu. Pada masa
remajanya dihabiskan untuk menuntut ilmu
mengembara dari pesantren ke pesantren.
Tidak kurang dari 39 tahun hidup beliau
dihabiskan untuk menuntut ilmu dari kota ke
kota yang dimulai dari kotanya sendiri yaitu
Kudus. Kemudian dilanjutkan ke Pesantren
Jamsaren Solo, Pesantren Tebu Ireng
Jombang, Pesantren al-Munawir Krapyak
Yogyakarta dan diakhiri di Pesantren
Popongan Solo.
Sekitar tahun 1935, KH. Arwani Amin pun
melaksanakan pernikahan dengan salah satu
seorang putri Kudus, yang kebetulan cucu dari
guru atau kiainya sendiri yaitu KH. Abdullah
Sajad. Perempuan sholehah yang disunting
oleh beliu adalah ibu Naqiyul Khud.
Dari pernikahannya dengan ibu Naqiyul Khud
ini, KH. M. Arwani Amin diberi dua putrid dan
dua putra. Putri pertama dan kedua beliau
adalah Ummi dan Zukhali (Ulya), namun
kedua putri beliau ini menginggal dunia
sewaktu masih bayi.
Yang tinggal sampai kini adalah kedua putra
beliau yang kelak meneruskan perjuangan KH.
M. Arwani Amin dalam mengelola pondok
pesantren yang didirikannya. Kedua putra
beliau adalah KH. Ulin Nuha (Gus Ulin) dan
KH. Ulil Albab Arwani (Gus Bab). Kelak,
dalam menahkodai pesantren itu, mereka
dibantu oleh KH. Muhammad Manshur. Salah
satu khadam KH. M. Arwani Amin yang
kemudian dijadikan sebagai anak angkatnya.
6. Perjuangan KH. M. Arwani Amin Said
Beliau mengajarkan al-Qur’an pertama kali
sekitar tahun 1942 di Masjid Kenepan Kudus
yaitu setamat beliau nyantri dari pesantren
al-Munawir Krapyak Yogyakarta. Pada periode
ini santri-santri beliau kebanyakan berasal
dari luar kota Kudus. Seiring berjalannya
waktu sedikit demi sedikit santri beliau
semakin bertambah banyak dan bukan hanya
dari Kudus dan sekitarnya, tapi ada yang
berasal dari luar propinsi bahkan dari luar
pulau Jawa. Kemudian beliau membangun
sebuah pondok pesantren yang diberi nama
Yanbu’ul Qur’an yang berarti Sumber al-
Quran. Pondok pesantren ini didirikan pada
tahun 1393 H/1979 M.
KH. M. Arwani Amin meninggalkan sebuah
kitab yang diberi nama Faidh al-Barakat fi as-
Sabi’a Qira’at.
Semasa hidupnya beliau juga mengajarkan
Thariqat Naqsabandiyah Kholidiah yang pusat
kegiatannya bertempat di mesjid Kwanaran.
Beliau memilih tempat ini karena suasana di
sekeliling cukup sepi dan sejuk. Disamping itu
tempatnya dekat perumahan dan sungai Gelis
yang airnya jernih untuk membantu
penyediaan air untuk para peserta kholwat.
KH. M. Arwani amin juga pernah menjadi
pimpinan Jam’iyah Ahli ath-Thariqat al-
Mu’tabarah yang didirikan oleh para kyai
pada tanggal 10 Oktobrr 1957 M. Dan dalam
Mu’tamar NU 1979 di Semarang nama
tersebut diubah menjadi Jam’iyyah Ahl ath-
Thariqat al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah
(JATMAN).
7. Kelebihan KH. M. Arwani Amin Said
KH. M. Arwani Amin dikenal sebagai seorang
ulama yang sangat tekun dalam beribadah.
Dalam melaksanakan sholat wajib beliau
selalu tepat waktu dan senantiasa berjamaah
meskipun dalam keadaan sakit. Kebiasaan
tersebut sudah beliau jalani sejak berada di
pesantren.
Sewaktu masih belajar Qiraat Sab’ah pada
KH. Munawir di Krapyak yang pelajarannya
dimulai pada pukul 02.00 dinihari sampai
menjelang Shubuh beliau sudah siap pada
pukul 12.00 malam. Dan sambil menunggu
waktu pelajaran dimulai beliau manfaatkan
untuk melaksanakan sholat sunnah dan dzikir.
Kebiasaan tersebut tetap berlanjut setelah
beliau kembali dan bermukim di Kudus.
Biasanya beliau mulai tidur pukul 20.00 WIB
dan bangun pukul 21.00 WIB. Kemudian
dilanjutkan melaksanakan sholat sunnah dan
dzikir. Apabila sudah lelah kemudian tidur
lagi kira-kira selama satu sampai dua jam
kemudian bangun lagi untuk melaksanakan
sholat dan dzikir, begitu setiap malamya
sehingga bila dikalkulasi beliau hanya tidur
dua sampai tiga jam setiap malamnya
KH. M. Arwani Amin Said dikenal oleh
msyarakat di sekitarnya sebagai seorang
ulama yang memiliki kelebihan yang luar
biasa. Banyak yang mengatakan bahwa beliau
adalah seorang wali,beberapa santrinya
mengatakan bahwa KH.Arwani Amin memiliki
indra keenam dan mengetahui apa yang akan
terjadi dan melihat apa yang tidak terlihat.
Konon, menurut KH. Sya’roni Ahmadi,
kelebihan Mbah Arwani dan saudara-
saudaranya adalah berkat orangtuanya yang
senang membaca al-Qur’an. Dimana
orangtuanya selalu menghatamkan membaca
al-Qur’an meski tidak hafal.
Selain barokah orantuanya yang cinta kepada
al-Qur’an, KH. Arwani Amin sendiri adalah
sosok yang sangat haus akan ilmu. Ini
dibuktikan dengan perjalanan panjang beliau
berkelana ke berbagai daerah untuk mondok,
berguru pada ulama-ulama.
Selama menjadi santri, Mbah Arwani selalu
disenangi para kyai dan teman-temannya
karena kecerdasan dan kesopanannya.
Bahkan, karena kesopanan dan
kecerdasannya itu, KH. Hasyim Asy’ari sempat
menawarinya akan dijadikan menantu.
Namun, Mbah Arwani memohon izin kepada
KH. Hasyim Asy’ari bermusyawarah dengan
orang tuanya. Dan dengan sangat menyesal,
orang tuanya tidak bisa menerima tawaran
KH. Hasyim Asy’ari, karena kakek Mbah
Arwani (KH. Haramain) pernah berpesan agar
ayahnya berbesanan dengan orang di sekitar
Kudus saja.Akhirnya, Mbah Arwani menikah
dengan Ibu Nyai Naqiyul Khud pada 1935. Bu
Naqi adalah puteri dari H. Abdul Hamid bin
KH. Abdullah Sajad, yang sebenarnya masih
ada hubungan keluarga dengan Mbah Arwani
sendiri.
8. Anak Didik KH. M. Arwani Amin Said
Ribuan murid telah lahir dari pondok yang
dirintis KH. M. Arwani Amin tersebut. Banyak
dari mereka yang menjadi ulama dan tokoh.
Sebut saja diantara murid-murid KH. M.
Arwani Amin yang menjadi ulama adalah:
1) KH. Sya’roni Ahmadi (Kudus)
2) KH. Hisyam (Kudus)
3) KH. Abdullah Salam (Kajen)
4) KH. Muhammad Manshur
5) KH. Muharror Ali (Blora)
6) KH. Najib Abdul Qodir (Jogja)
7) KH. Nawawi (Bantul)
8) KH. Marwan (Mranggen)
9) KH. A. Hafidz (Mojokerto)
10) KH. Abdullah Umar (Semarang)
11) KH. Hasan Mangli (Magelang)
9. KH. M. Arwani Amin Said Berpulang ke
Rahmatullah
Dengan keharuman namanya dan berbagai
pujian dan sanjungan penuh rasa hormat dan
ta’dzim atas kealimannya, beliu wafat pada
taggal 25 Rabiul Akhir tahun 1415 H atau
bertepatan dengan tanggal 1 Oktober tahun
1994 M dalam usia 92 tahun (dalam hitungan
Hijriyah). Beliau dimakamkan di komplek
Pesantren Yanbu’ul Qur’an Kudus.
Categories: Kisah dan Sejarah
Download Roll Spike Sepak Takraw 1.4.0
Roll Spike Sepak Takraw 1.4.0 Siang gan. Kali ini saya akan membagikan game yang populer di kawasan asia tenggara. Seru game nya. Kita bi...
0 komentar:
Posting Komentar